Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh...
Yang terhormat Bapak dosen pengampu, Ari Satria S.Pd. Yang terhormat teman-teman mahasiswa dan mahasiswi PBI 2A, UIN SUSKA RIAU.
Sebelum saya memulai menyampakan pidato, saya ingin mengajak kalian semua untuk senantiasa bersyukur kehadirat Allah yang maha kuasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang diberkati ini. Dan juga saya tidak lupa untuk mengajak semuanya turut serta memanjatkan sholawat dan salam untuk nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti yang kita nikmati sekarang.
Hadirin yang terhormat. Bapak dosen pengampu dan teman-teman semuanya.
Pada hari ini, di kesempatan yang sangat berbahagia ini, saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang “keseimbangan anak dengan gadget”. Pidato yang saya akan sampaikan merupakan keluh hati saya terhadap anak-anak yang semakin hari semakin diperbudak oleh gadget dan teknologi. Semoga di hari yang cerah ini, saya ingin mengajak bapak dan teman semuanya untuk bisa selalu turut serta dalam menuntun anak, adik maupun saudaranya yang masih kecil untuk tidak terlalu diperbudak oleh gadget.
Sadar atau tidak, kita hidup di dunia ini bergantung pada teknologi dan karena itu juga lah anak-anak bebas untuk memilih permainannya dan gadget masuk sebagai mainan modern yang menyajikan pilihan yang lebih mudah dan dengan jenis permainan yang beragam pula. Oleh karena itu, permanan tradisional yang dulu kita kenal secara tidak langsung mulai tergeser keberadaannya.
Beberapa tahun kebelakang, tentunya kita pernah mengalaminya sendiri ketika bermain petak umpet, permainan terasa lebih menyenangkan dengan interaksi sesama teman seusia. Tetapi lihatlah sekarang, anak-anak telah ketagihan gadget dan mereka bisa menghabiskan waktunya seharian di kamar untuk bermain mainan favoritnya. Tanpa interaksi yang sangat memungkinkan mempengaruhi kepribadian sang anak. Hal ini bisa seperti anak yang mungkin menjadi “pakar SMS” , tapi miskin berkomunikasi saat bertatap muka secara nyata.
Yang terhormat Bapak dosen pengampu, Ari Satria S.Pd. Yang terhormat teman-teman mahasiswa dan mahasiswi PBI 2A, UIN SUSKA RIAU.
Sebelum saya memulai menyampakan pidato, saya ingin mengajak kalian semua untuk senantiasa bersyukur kehadirat Allah yang maha kuasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang diberkati ini. Dan juga saya tidak lupa untuk mengajak semuanya turut serta memanjatkan sholawat dan salam untuk nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti yang kita nikmati sekarang.
Hadirin yang terhormat. Bapak dosen pengampu dan teman-teman semuanya.
Pada hari ini, di kesempatan yang sangat berbahagia ini, saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang “keseimbangan anak dengan gadget”. Pidato yang saya akan sampaikan merupakan keluh hati saya terhadap anak-anak yang semakin hari semakin diperbudak oleh gadget dan teknologi. Semoga di hari yang cerah ini, saya ingin mengajak bapak dan teman semuanya untuk bisa selalu turut serta dalam menuntun anak, adik maupun saudaranya yang masih kecil untuk tidak terlalu diperbudak oleh gadget.
Sadar atau tidak, kita hidup di dunia ini bergantung pada teknologi dan karena itu juga lah anak-anak bebas untuk memilih permainannya dan gadget masuk sebagai mainan modern yang menyajikan pilihan yang lebih mudah dan dengan jenis permainan yang beragam pula. Oleh karena itu, permanan tradisional yang dulu kita kenal secara tidak langsung mulai tergeser keberadaannya.
Beberapa tahun kebelakang, tentunya kita pernah mengalaminya sendiri ketika bermain petak umpet, permainan terasa lebih menyenangkan dengan interaksi sesama teman seusia. Tetapi lihatlah sekarang, anak-anak telah ketagihan gadget dan mereka bisa menghabiskan waktunya seharian di kamar untuk bermain mainan favoritnya. Tanpa interaksi yang sangat memungkinkan mempengaruhi kepribadian sang anak. Hal ini bisa seperti anak yang mungkin menjadi “pakar SMS” , tapi miskin berkomunikasi saat bertatap muka secara nyata.
Beberapa tahun kebelakang, tentunya kita pernah mengalaminya sendiri ketika saling kejar-kejaran, tanah, batu, ranting kayu dan benda-benda lainnya kini tinggal legenda usang yang hanya bisa kita nikmati sebagai sebuah kenangan.
Hadirin yang terhormat. Bapak dosen pengampu dan teman-teman semuanya.
Saya yakin pengalaman-pengalaman itu pernah dialami oleh semua orang di sini. Sadarlah bahwa kita lebih menikmati masa kecil yang seperti itu. Nah, peran kita lah sebagai orang tua, kakak maupun saudara bagi si anak untuk selalu bisa mengingatkan penggunaan gadget. Kita harus bisa membimbing dan mengontrol demi keseimbangan antara anak dan gadget.
Jika kita terus mengabaikan itu, bencana yang
kita tidak pernah bayangkan akan pasti datang mengingatkan. Jadi apa yang harus
kita lakukan untuk memperbaiki fenomenal seperti ini? Saya berdiri di sini bukan hanya untuk
mereport kondisi miris-kritis
lingkungan kita saja, saya pribadi juga ingin mengajak untuk melakukan beberapa
tidakan yang sebenarnya kecil dan mudah kita lakukan. Dimulai dengan membatasi jam
bermain anak dengan gadget agar kita bisa melakukan aktivitas sosial lan
seperti bermain, temani anak dalam berkembangnya dan seimbangkan perkembangan
psikologis anak dengan tuntunan dan nasehat. Hal-hal tersebut ayo kita bina dari sekarang.
Hal-hal kecil tersebut merupakan investasi besar untuk generasi mendatang.
Kita tahu pilihan yang salah dalam gadget akan menuntun anak kepada hal-hal yang negatif, karena itu mari bersama-sama kita menyeimbangkan penggunaan gadget pada anak. Sebenarnya itu yang saya ingin ungkapkan. Pidato yang saya sampaikan bukanlah apa-apa dibandingkan tindakan kita selanjutnya. Terima kasih banyak atas perhatiannya, mohon maaf jika ada salah kata.
Kita tahu pilihan yang salah dalam gadget akan menuntun anak kepada hal-hal yang negatif, karena itu mari bersama-sama kita menyeimbangkan penggunaan gadget pada anak. Sebenarnya itu yang saya ingin ungkapkan. Pidato yang saya sampaikan bukanlah apa-apa dibandingkan tindakan kita selanjutnya. Terima kasih banyak atas perhatiannya, mohon maaf jika ada salah kata.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...